Psikologi, ilmu yang dikenal banyak orang untuk membaca kepribadian manusia. Saat kita memperkenalkan diri dan mengaku sebagai mahasiswa atau lulusan psikologi, orang-orang akan beranggapan kita bisa membaca wajah kepribadian mereka. Namun semua itu hanyalah gambaran dari masyarakat awam, kenyataannya tidak semudah itu membaca kepribadian manusia hanya sekali melihat. Semua ada proses untuk mengetahui bagaimana kepribadian seseorang, tak cukup hanya menggunakan satu variable.
Psikologi barasal dari bahasa yunani, psyche yang artinya jiwa dan logos adalah ilmu, Jadi secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi secara terminology adalah lmu yang mempelajari tentang gejala hal yang hubungan dengan jiwa, hakikatnya, asal usul proses bekerja dan akibat-akibat yang ditimbulkan. Apabila anda browsing gambar psikologi, maka akan keluar gambar trisula. Trisula sendiri melambangkan bahwa psikologi mempelajari tiga aspek yang terdapat pada manusia, yaitu aspek kognitif (proses berpikir), afektif (perasaan atau emosi), dan behaviour (perilaku).
Kalau psikologi membahas tentang manusia, lalu apa bedanya dengan ilmu sosiologi dan antropologi, bukankah juga dua ilmu tersebut membahas seputar manusia juga. Nah, mari kita bahas perbedaan tiga ilmu tersebut. Psikologi mempelajari berbagai perilaku nampak secara lagsung maupun tidak langsung pada manusia dan hewan, proses mental dan kognitif tak luput dari pembahasan di psikologi karena kita mencari tahu apa penyebab manusia dapat bertingkah laku dan proses-prosesnya.
Pada ilmu sosiologi, cangkupannya tidak pada diri manusia itu sendiri, tetapi lebih luas. Sosiologi mempelajari bagaimana hubungan seseorang dan timbal baliknya terhadap orang lain, dan mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala social yang ada. Sehingga kita mengetahui sifat-sifat kelompok, berbagai macam fenomena dalam kehidupan bersosial, dan lebih banyak lagi.
Sedangkan antropologi pada awalnya digunakan oleh pemerintahan kolonial belanda untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. Dan lama-kelamaan menjadi disiplin ilmu yang sangat bermanfaat. Antropologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa antara ketiga disiplin ilmu tersebut saling melengkapi satu sama lain, dimana terdapat hubungan antara ilmu psikologi, ilmu sosiologi dan ilmu antropologi dalam mengkaji kehidupan manusia. Tiga ilmu tersebut seperti segitiga sama sisi yang disetiap sudutnya jaraknya sama dengan sudut yang lain dan antara satu sudut terhubung dengan dua sudut lain.
Lalu apakah psikologi dapat dismpulkan sebagai ilmu sosial humaniora atau sosial. Awalnya sebelum masuk dijurusan psikologi saya beranggapan psikologi masuk dalam kategori ilmu sosial humaniora atau social, namun kenyataannya banyak dari teman saya dulunya jurusan MIPA saat di SMA, walaupun di Universitas Airlangga tertera psikologi termasuk rumpun ilmu sosial humaniora. Saat kuliah pun saya mendapati mata kuliah bernama biopsikologi, yang mempelajari fungsi tubuh atau fisiologis manusia terhadap psikologisnya dari sudut pandang ilmu biologi. Jadi kita melakukan bedah otak sapi untuk mempelajari bagian-bagian dari otak dan fungsinya. Di Universitas lain psikologi tidak dimasukkan rumpun ilmu sosial humaniora tetapi masuk di ilmu saintek, seperti Universitas Padjajaran yang menggolongkan psikologi dalam rumpun ilmu saintek.
Perdebatan antara psikologi termasuk dalam rumpun saintek atau rumpun soshum merupakan masalah yang belum terselesaikan, pemerintah Indonesia melalui UU Pendidikan Tinggi 2012 dan Buku Sertifikasi Dosen terbitan Ditjen Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, telah menetapkan bahwa psikologi berada dalam rumpun ilmu sosial (UU Dikti) atau rumpun ulmu kesehatan (Buku Serdos). Berdasarkan artikel yang saya baca yaitu Psikologi dan Gugatan Epistemologis Terhadap Perumpunan Ilmu dalam Undang-undang Pendidikan Tinggi menyimpulkan bahwa perumpunan ilmu hendaknya berada dalam ranah kebijakan masing-masing perguruan tinggi, termasuk ilmu psikologi (jenuman, 2013).
Seperti halnya ilmu lain, psikologi memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam setiap kanjiannya, seperti nilai moral, nilai kesopanan dll. Dimana nilai tersebut sabagai poin yang harus dicapai agar sesuai dengan nilai yang ada dimasyarakat karena objek kajian psikologi adalah manusia,. Dalam penelitian atau pengambilan yang dilakukan psikolog harus berdasarkan aturan-aturan agar tidak menyimpang dari salah satu nilai, seperti menjaga kerahasiaan data, menjada identitas individu.
References
jenuman. (2013, mei 3). PSIKOLOGI DAN GUGATAN EPISTEMOLOGIS TERHADAP PERUMPUNAN ILMU DALAM UNDANG UNDANG PENDIDIKAN TINGGI. Diambil kembali dari http://psychology.binus.ac.id: http://psychology.binus.ac.id/2013/05/03/psikologi-dan-gugatan-epistemologis-terhadap-perumpunan-ilmu-dalam-undang-undang-pendidikan-tinggi/
0 komentar:
Posting Komentar